Inventarisasi dan Pemantauan Satwa Liar untuk Konservasi

Inventarisasi dan Pemantauan Satwa Liar untuk Konservasi

Inventarisasi dan Pemantauan Satwa Liar untuk Konservasi – Binatang buas mempunyai andil berarti di dalam penyeimbang ekosistem hutan hujan tropis. Keragaman tipe serta keragaman fungsionalnya berkontribusi pada gairah cara dari ekosistem ini.

Inventarisasi dan Pemantauan Satwa Liar untuk Konservasi

wildrye – Misalnya, sebagian golongan binatang menyusui serta burung ikut serta langsung dalam cara regenarasi hutan lewat polinasi, difusi bulir, serta daur nutrisi.

Dikutip dari internationalanimalrescue, Tetapi begitu, mereka lalu rawan oleh pelacakan, fragmentasi, serta kehabisan lingkungan. Seluruh aspek bahaya itu bisa menimbulkan kepunahan lokal serta pada kesimpulannya hendak berakibat pada gairah ekosistem hutan dengan cara totalitas.

Baca juga : Pengertian dan Metode Pengamatan Satwa Liar

Keahlian buat dengan cara langsung memantau status serta pergantian dari populasi- populasi binatang buas dalam kondisi spasial- temporal merupakan bagian kunci dari pelestarian serta pengurusan ekosistem hutan hujan tropis di Indonesia spesialnya di Kalimantan Barat. Pencatatan populasi binatang buas ialah tahap berarti awal dalam penyediaan informasi dasar( baseline) buat menguasai bentuk, kekayaan, kelimpahan, serta sebaranya di lingkungan natural.

Di Kalimantan Barat, Halaman Nasional Busut Abadi Busut Raya merupakan salah satu area berarti selaku“ rumah” untuk binatang buas serta beraneka ragam kekayaan biologi lainya. Tidak hanya avifauna( burung) serta herpetofauna( reptil serta amfibi), binatang menyusui ialah golongan satwaliar dengan kekayaan serta kedamaian dan kedudukan ekologis yang amat berarti. IAR Indonesia semenjak mulai aktif beraktifitas di TN Busut Abadi Busut Raya pada 2015, meletakkan atensi pada keberlangsungan populasi- populasi binatang buas di area pelestarian ini. Salah satunya, pada April 2019, dicoba aktivitas pencatatan serta kontrol binatang buas memakai jebakan kamera yang sedang berjalan sampai saat ini. Jebakan kamera banyak dipakai dalam riset binatang buas dalam dasawarsa terakhir sebab ditaksir lumayan berdaya guna serta gampang dicoba.

Survey itu bermaksud buat mendapatkan catatan pencatatan dari seluruh genus binatang menyusui dan binatang buas lainya. Tidak hanya itu, dengan cara lebih khusus, survey jebakan kamera bermaksud mengestimasi kekayaan tipe, menilai usaha pengumpulan ilustrasi, mengukur keragaman genus serta kelimpahan relatif, dan berspekulasi tingkatan okupansi dari komunitas satwaliar. Hasil survey ini setelah itu diharapkan bisa dipakai selaku informasi dasar dalam konsep kontrol serta pengurusan populasi binatang buas di Halaman Nasional Busut Abadi Busut Raya di era kelak.

Dari sebesar 21 bagian kamera melibat yang dipasang di zona seluas±7, 4 km persegi(±740 hektar), di dalam 1. 424 hari jebakan kamera kita menulis sekurang- kurangnya ada 17 tipe binatang buas tercantum 15 tipe binatang menyusui berdimensi lagi serta besar dan 2 tipe burung. Semenjak April 2019 sampai Agustus/ 2019, kita mendapatkan keseluruhan 148 lukisan bebas, di antara lain bisa diidentifikasi sampai tingkatan genus. Genus yang sangat kerap terjebak jebakan kamera merupakan beruk( Macaca nemestrina, 32 gambar) dengan rerata tingkatan jerat 3, 32 gambar bebas per 100 hari melibat, diiringi oleh kijang merah( Muntiacus atherodes, 20 gambar, tingkatan jerat 2, 04), serta kijang muntjak( Muntiacus muntjak, 15 gambar, tingkatan jerat 1, 47). Beruk ialah genus yang terjebak jerat nyaris di seluruh posisi jebakan kamera.

Kita mengetahui kehadiran sebagian genus yang tertera dalam Catatan Merah IUCN tercantum trenggiling( CE), berada madu( VU), serta ruai( NT). Dalam survey kita, terdapat 10 species resident semacam ruai, musang, serta babi berjanggut. Sedangkan itu ada 7 genus lain yang tidak sering ditemukan yang cuma terdaftar satu kali sepanjang rentang waktu sampling( sampai Agustus 2019). Salah satu genus yang sangat tidak sering ditemukan merupakan trenggiling yang tertera selaku Kritis dalam Catatan Merah IUCN 2017 serta Appendix I CITES. Trenggiling merupakan salah satu dari binatang yang dilindungi yang sangat banyak dikejar serta dieksploitasi di Asia Tenggara. Semacam genus trenggiling yang lain, trenggiling Sunda dikejar buat kulit, sisik, serta dagingnya, dipakai dalam pembuatan busana serta obat konvensional. Walaupun dilindungi, perdagangan bawah tangan sudah menimbulkan penyusutan dimensi populasi tipe ini dengan kilat.

4 binatang menyusui terestrial yang pula tidak sering ditemukan yang kita penemuan dengan cuma satu gambar merupakan landak, kucing batu, tufted ground squirrel, serta biawak dumeril. Nyaris seluruh dari 7 binatang yang tidak sering itu relatif susah dicermati sebab mutu lukisan yang kecil, serta perilakunya yang terkategori binatang nokturnal. Sepanjang aktivitas IAR di TNBBBR berjalan, karyawan alun- alun tidak sering mendapati ruai, trenggiling sunda, serta ataupun kucing batu. Perihal ini membuktikan kalau kamera melibat lumayan bermanfaat buat menginventarisir binatang buas yang elusive( susah ditemukan). 2 genus burung, ruai, serta crested partridge yang kita penemuan tertera selaku genus yang nyaris rawan( NT), Appendiks II serta III CITES. Ruai yang terjebak kamera melibat sebesar 7 kali diketahui selaku binatang endemik Kalimantan.

Dari hasil kita, penilaian mengenai berapa lama kamera wajib dioperasikan sedang belum bisa didetetapkan dengan cara pas sebab kurva penumpukan sedang belum membuktikan wilayah plateu. Perihal ini bisa jadi membawa alamat kalau usaha survey yang lebih lama serta lebih besar sedang dibutuhkan buat merekam sebagian genus binatang buas lainya. Pada prinsipnya, terus menjadi besar dimensi sampling ataupun rentang waktu pengumpulan ilustrasi yang lebih lama, terus menjadi banyak genus hendak dicatat. Kurva sampling ini naik relatif kilat pada awal mulanya, setelah itu jauh lebih lelet dalam ilustrasi berikutnya bersamaan bertambahnya taksa yang tidak sering ditemukan. Hasil survey kita membuktikan kalau upaya pengumpulan ilustrasi yang lebih besar ataupun rentang waktu sampling yang lebih lama sedang dibutuhkan. Diharapkan kala kurva penumpukan genus menggapai asimtot, kita bisa lumayan percaya kalau semua genus yang terdapat di posisi survey sudah terdaftar.

Baca juga : 15 Jenis Burung Dan Fakta Menakjubkan Tentang Mereka

Indikator keragaman genus pula dipakai selaku patokan dasar buat program pengurusan binatang buas yang bermaksud buat memantau bentuk serta aransemen komunitas binatang buas dari durasi ke durasi. Indikator keragaman yang sangat biasa dipakai dalam ilmu lingkungan merupakan keragaman Shannon serta keragaman Simpson. Keragaman Shannon serta Simpson bertambah bersamaan dengan melonjaknya kekayaan tipe, buat pola kemerataan khusus, serta bertambah bersamaan dengan melonjaknya kemerataan. Ditaksir indikator keragaman kita membuktikan kalau komunitas binatang buas di Resor Mentatai di Halaman Nasional Busut Abadi Busut Raya mempunyai keragaman genus yang besar.

Previous post Pengertian dan Metode Pengamatan Satwa Liar
Next post Metode Sensus Satwa Liar Secara Langsung